Masih Mengeluhkan Hidupmu, Ini Nasehat Syeh Abdul Qodir Jailani

Abuya Nawadir Kiai mas Amat Ramdhon.

PEKALONGAN – Janganlah kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang menimpamu pada siapapun , baik kepada kawan maupun kepada lawan.

Jangan pula menyalahkan Tuhanmu atas semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang ditimpakan-Nya atasmu. Beritakanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu, dan segala puji syukurmu atas semua itu.

Kedustaanmu menyatakan puji syukur atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik ketimbang cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup.

Adakah ciptaan yang sunyi dari rahmat-Nya? Allah SWT berfrman: ” Dan jika kamu hitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan sanggup menghitungnya ” ( QS.14 : 34 ) . Betapa banyak nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari.

Jangan merasa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan menceritakan hal ihwalmu kepada siapapun.
Cintamu harus kau tujukan hanya kepada-Nya, merasa senanglah dengan-Nya , dan mengeluhlah hanya kepada-Nya.

Jangan kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi manfaat dan mudharat. Segala sesuatu adalah ciptaan-Nya , di tangan-Nyalah sumber gerak atau diam mereka. Kemaujudan mereka sampai detik inipun se mata-mata karena kehendak-Nya. Dialah penentu derajat mereka.

Barang siapa dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu menjadikan hina. Dan barang siapa dihinakan-Nya , takkan ada yang mampu menjadikannya mulia.

Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan atasmu, tak seorangpun sanggup mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan jika Ia berniat melimpahkan kebaikan , tak seorangpun sanggup menahan turunnya rahmat-Nya.

Nah, bila kau mengeluh terhadap-Nya, padahal kau nikmati rahmat- Nya, kau tamak.!, dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka kepadamu, mencabut kembali nikmat-Nya darimu, mewujudkan segala keluhan, melipat gandakan kesusahanmu, dan memperhebat hukuman , kemurkaan dan kebencian-Nya kepadamu, kau menjadi terhinakan di mata-Nya.

Oleh karena itu, janganlah mengeluh sedikitpun, walau jasadmu digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkan dirimu ! Takutlah kepada Allah ! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!

Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa menyalahkan-Nya? Padahal Ia Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Penyayang dan yang lemah lembut terhadap hamba-hamba-Nya ,melebihi seorang dokter yang sabar, pengasih , penyayang, ramah yang juga kerabat si pasien.

Dapatkah kau temui sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau ibu yang berhati mulia.
Nabi suci SAW, telah berkata ” Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya ketimbang seorang ibu terhadap anaknya” .

Wahai yang dirundung malang.! Tunjukkanlah perilaku terbaik. Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya karenanya. Bersabarlah selalu, meski kau kepayahan dalam menyerahkan diri kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya. Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar darinya, bila kau terhilang, dimanakah kau kan didapat ?. Belumkah kau dengar firman Allah :

” Diwajibkan atas kamu berperang,sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kau benci. Bisa jadi kau membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kau menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu . Dan Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tak mengetahui.” ( QS.2 .216).

Pengetahuan ihwal hakikat segala sesuatu akan tercabut dari hatimu dan tertutup dari penglihatanmu oleh tabir. Oleh karena itu, jangan berlebih-lebihan dalam membenci atau mencintai sesuatu , ikutilah dalam segala keadaan, jika kau benar-benar shaleh.
Setelah kau jalani hal ini, maka ikutilah semua perintah tentang wilayat dan teguhlah selalu.

Ridhalah atas ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya, dan luruhlah ke dalam keadaan badal, ghauts, dan shiddiq. bertolaklah senantiasa dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah- tengahnya, gantilah dirimu dan hasratmu (dengan kehendak-Nya).

KIAI Amat Ramdhon-@ Diterjemahkan dari kitab Futuh Al- Ghaib / Syeh Abdul Qodir Jaelani.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *