PURWOREJO – Pemerintah daerah memang telah memiliki berbagai institusi kesehatan mulai dari RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun Poliklinik Desa. Namun dengan berbagai keterbatasan yang ada, institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah, belum bisa melayani seluruh lapisan masyarakat secara optimal. Oleh karenanya, keberadaan institusi kesehatan yang dikelola swasta, sangat penting dan strategis dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan.
Hal itu di ungkapkan Wakil Bupati Purworejo Hj Yuli Hastuti SH saat menghadiri perayaan syukur Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo (RSPBK) yang ke-25 dengan tema “Berjalan Bersama Mewujudkan Pelayanan Kasih dan Gembira”. Hadir dalam acara tersebut, Direktur RSPBK dr Iwan Santoso MPH, Ketua Yayasan Swana Santa yang menaungi RSPBK Suster Alexandra ADM, Forkopimcam Kecamatan Kutoarjo, serta unsur terkait lainnya.
Lebih lanjut Wabup mengatakan, dengan adanya bandara Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulonprogo, tentunya membutuhkan infrastruktur pendukung yang memadai termasuk dalam hal pelayanan kesehatan. Sehingga RSPBK harus memproyeksikan diri bukan lagi sebagai rumah sakit berkelas lokal dan regional, tetapi harus menuju rumah sakit bertaraf internasional” ungkapnya.
Ditambahkan Wabup, biaya operasional rumah sakit memang sangat besar, sehingga wajar apabila biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit swasta relatif lebih mahal. Biaya yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan dibutuhkan agar rumah sakit swasta dapat membiayai biaya operasional, sehingga bisa terus eksis dan berkembang.
”Namun saya berharap rumah sakit swasta tetap tidak kehilangan misi-misi sosialnya, tanpa harus mengorbankan kepentingan bisnis. Semoga dengan tidak melupakan misi sosial, RSPBK tidak akan pernah rugi, namun justru semakin eksis dan berkembang dalam memberikan kontribusi bagi masyarakat luas,” harapnya.
Sementara dr Iwan Santoso MPH menjelaskan pelayanan kesehatan dimulai sejak tahun 1952 yang dilakukan oleh para suster, karena tergerak hatinya untuk menolong sesama. Dimulai dengan memakai satu ruangan di susteran kutoarjo berkembang dengan melayani persalinan dan perawatan bayi. Pada 30 oktober tahun 1998 RSPBK memperoleh ijin tetap sebagai rumah sakit umum, dan di usia 25 tahun ini RSPBK mempunyai kapasitas 143 tempat tidur.
“RSPBK mampu mengadakan spesialistik dan mampu mengadakan tindakan operasi yang cukup rumit, seperti operasi katarak, operasi di bidang urologi serta operasi ganti sendi dan lutut,” jelasnya.
Iwan Santoso berharap, dengan adanya perubahan sosial teknologi RSPBK selalu berupaya menghadirkan pelayanan yang aman, nyaman, mudah dan cepat kepada masyarakat Kutoarjo dan sekitarnya. RSPBK selalu berusaha untuk perbaiki sehingga mutu pelayanan selalu terjamin. ( Mr. Bien )