Hikmah Dibalik Penciptaan Dunia dan Ujian Bagi Manusia Terhadap Jasadnya

Abuya Nawadir Kiai mas Amat Ramdhon. Pengasuh PP.al-Nawadir Pekalongan.

PONPES AL-NAWADIR – Ketahuilah bahwa tubuh (jasad), itu adalah suatu hakekat yang akan sirna dan bahwa tubuh itu merupakan baju ujian yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji Roh.

 

Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang ada padanya dari syahwat-syahwat dan keinginan – keinginan serta kemauan-kemauan yang diikuti dengan pelanggaran-pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari tujuan Roh.

Tiada wujud yang sebenarnya, kalau ditilik dari sifat manusia yang dikaitkan dengan kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk menguji Roh agar dapat diketahui dan dikenal sampai dimana martabat yang dapat dicapai.
Apakah Roh itu bisa mencapai nisbahnya kepada Allah, lalu Roh mengerahkan segenap kemampuan nya untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh itu tertarik oleh jasad dengan memanjakan  syahwatsyahwat nya.

Allah berseru dengan tutur kata-Nya :

” Sesungguhnya Aku dhahirkan syahwat itu sebagai dinding kokoh yang menghijab atasmu untuk tawajjuhmu ( menuju ke tujuan mu yang sebenarnya.), dan andaikan engkau melihat dirimu sendiri sebagai engkau melihat kepada-langit dan bumi, tentu saja akan nampak olehmu bahwa yang menyaksikan itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adanya syahwat dan keinginan.”

Karena pengujian Ku kepadamu, maka Aku coba engkau dengan syahwat-syahwat yang bersifat tidak menetap pada dirimu dibawah kekuasaan hukum Ku dan tidak pula bisa menetap pada dirimu dibawah kekuasaan hukum mu, dan tidak pula bisa menetap pada dirimu atas dasar pendirian mu.

Sifat kemanusiaan mu itulah yang condong dan berkeinginan, dan ia pulalah yang mengejar kepuasan dan kelezatan.

Engkau berada dibalik dinding yang berupa syahwat dan dibelakang  tabir penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah suatu Roh yang suci bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh di atas ketinggian sifat kemanusiaan tanpa condong pada apapun dan tidak berkeinginan.

@Amat Ramdhon al- Nawadiri, Pengasuh Ponpes al- Nawadir ( dari kitab Mawaqif wal mukhatabah/ Syaikh  Am-Nifari ).

Mungkin Anda Menyukai