Ketika Sang Penjaga Majapahit KH Husen Ilyas Dengan Abuya Nawadir Trah Pajajaran Menghilang di Depan Mata

 

Abuya Nawadir Kiai mas Amat Ramdhon. Pengasuh PP. al Nawadir Pekalongan.

MOJOKERTO – Pertemuan kedua ulama penjaga Majapahit dan ulama sufi asal Pekalongan, Trah Pajajaran. Sabtu di Ponpes Salafiyah al Misbar, Karangnongko Kabupaten Mojokerto. (15/08/2020).

Mbah Kiyai Husen Ilyas Mojokerto, adalah sosok ulama kharismatik Jawa timur yang diakui masyarakat luas sebagai wali Allah penjaga Majapahit.
Mbah Kiyai Husen adalah Rais Syuriah NU Cabang Kabupaten Mojokerto sejak 2003 hingga sekarang.

Menurut penuturan Mbah Kiyai Husen, ia adalah keturunan dari Syeh Burhanudin. Urutannya adalah
KH Husen bin KH Ilyas bin Musiyah binti Nur Ngaliman (Senopati Suroyudo) bin Syekh Yasin Surakarta bin Nur Ibrahim bin Nur Fatah bin Ronggo Warsito (Burhanudin)
bin Ahmad (Adipati Gresik) bin Jumaningsih (Adipati sampang IV) bin Prabu Barata (cucu Sunan Ampel).

Berawal dari pertemuan dalam alam mimpi antara Abuya Nawadir
dengan Mbah Kiyai Husen Ilyas. Abuya Nawadir mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan Mbah Kiyai Husen Ilyas sebelumnya dalam alam mimpi.

” Saat saya dipersilahkan oleh beberapa jamaah untuk menjadi imam di sebuah masjid, saya ada di posisi sof depan. Saya diseru untuk masuk ke ruang tempat pengimaman, yang didalam ruangan itu ternyata sudah ada Mbah Kiyai Husen Ilyas. Dengan isyarat, Mbah Kiyai Husen Ilyas mempersilahkan saya untuk menjadi imam,” ungkap Abuya Nawadir.

Abuya Nawadir, yang nama aslinya; Amat Ramdhon bin Abdullah bin Bakri bin Ibrohim al-Misri bin Sholeh al-Misri bin Abdurahman al- Misri bin Syekh Abdul Karim al- Bantani, adalah ulama sufi asal Pekalongan yang tak banyak dikenal masyarakat luas, dalam istilah sufi “Mastur”. Ia adalah Trah Pajajaran, Pengasuh PonPes al-Nawadir yang berada di Kabupaten Pekalongan.

Berawal dari pertemuan dalam mimpi, Abuya Nawadir melanjutkan pertemuan secara dzohir mengunjungi (sowan) Mbah Kiyai Husen Ilyas di kediamannya Mojokerto.

Menurut pengakuan salah seorang murid Abuya Nawadir, Sohirin, yang saat itu diajak sowan, mengatakan, pertemuan yang sangat singkat itu bagaikan berada di langit.

“Saya sangat terharu melihat pertemuan guru saya, Abuya Nawadir dengan Mbah Kiyai Husen Ilyas. Tampak ada keakraban dan saling mengenal, padahal baru pertama bertemu,” katanya.

Menurutnya, pertemuan dua sosok ulama tersebut sempat tak terlihat oleh kami jamaah yang sama-sama berada di depan beliau berdua.

” Ini saya berada dimana, kok beliau berdua tidak kelihatan. Begitu tersadar guru saya Abuya Nawadir sudah berpamitan dan Mbah Kiyai Husen Ilyas berdoa dengan diamini jamaah yang berada di sekeliling beliau berdua,” kata Sokhirin.

Ia menambahkan, dalam keadaan seperti itu, kami hanya bisa berkirim fatekhah ke Mbah Kiyai Husen Ilyas.

” Fatekhah tetap kamu hadapkan lewat gurumu Gus, begitu isyarat Mbah Kiyai Husen Ilyas,” pungkas Sokhirin.(red)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *